Sabtu, 25 Juni 2016

Kotak Pengumpulan Tugas



Catatan :
  1. Tugas-tugas yang telah terdaftar tidak dapat ditukar, dialihkan, atau diambil oleh teman yang lain.
  2. Sebelum membuat powerpoint,  pastikan anda telah berkonsultasi tentang apa yang akan anda tulis (outline).
  3. PNS (Prakiraan Nilai Sementara). Untuk perbaikan nilai bersegeralah memenuhi kolom tugas
  4. Watshapps Group Anak Sejarah Unsam, 0823 0406 9146
  5. Nilai dapat di ajukan keberatan atau komplen selambatnya 3 (tiga) hari sejak update blog ini.

Continue reading

Kamis, 23 Juni 2016

Kotak Tugas Mata Kuliah

Catatan :
  1. Jika tugas saudara ternyata tidak terdaftar disini, mungkin  saja bahwa tugas tersebut dianggap belum memenuhi sarat atau tidak terkumpul pada waktu yang telah ditetapkan.
  2. Anda diperkenankan untuk komplain atas tugas atau nilai saudara maupun teman yang lain jika dirasa tidak sesuai dengan pendapat anda.
  3. PNS (Prakiraan Nilai Sementara). Untuk perbaikan nilai bersegeralah memenuhi kolom tugas
  4. Watshapps Group Anak Sejarah Unsam, 0823 0406 9146
  5. Nilai dapat di ajukan keberatan atau komplen selambatnya 3 (tiga) hari sejak update blog ini.

Continue reading

Jumat, 25 Maret 2016

Tawaran Materi Presentasi




Catatan :
Ini adalah daftar judul materi yang mungkin sesuai dengan pilihan anda untuk presentasi dalam tugas mata kuliah Sejarah Eropa, judul materi ini khusus disediakan bagi anda yang masih mengalami kesulitan dalam mendapatkan judul presentasi. Silahkan dipilih dan didaftarkan sebagai materi milik anda.

Continue reading

Jumat, 04 September 2015

Kamis, 03 September 2015

Senin, 24 Agustus 2015

Panjat Pinang Sebagai Hiburan 17 Agustusan

Berdebat tentang Hiburan Panjat Pinang

 

            Dengan mengucapkan syukur kehadiran Allah S.W.T, bangsa Indonesia baru saja beberapa hari yang lalu merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (HUT-RI) yang ke-70, yang dalam arti yang lain bangsa kita telah terbebas dari berbagai bentuk penindasan, penjajahan, dan eksploitasi bangsa bangsa lain atas bangsa kita. Semoga kemerdekaan yang telah diraih bangsa kita semakin memberi arti atas kehidupan yang berperi kemanusiaan dan berperi kedadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

            Menyadari pengahayatan atas nikmat kemerdekaan yang telah diraih bangsa kita, maka tidak heran setiap momen perayaan HUT RI  17 Agustus, selalu mendapat mendapat apresiasi yang luas dari semua lapisan masyarakat di seluruh Indonesia, bahkan dengan menggelar berbagai acara resmi maupun hiburan, dan lomba-lomba yang pada intinya berusaha mengantarkan imajinasi kita atas pentingnya arti sebuah perjuangan.

            Diantara sekian banyak acara yang digelar dalam rangka memperingati HUT RI, salah satunya adalah hiburan rakyat yang dinamakan dengan panjat pinang. Demikian legendarisnya acara panjat pinang ini, sehingga Benyamin Sueb (Benyamin S). justru merasa perlu untuk mengabadikannya dalam sebuah lagu berjudul “Panjat Pinang”.  Sampai dengan perayaan HUT-RI yang ke 70, yang baru saja kita peringati beberapa hari yang lalu, acara panjat pinang tetap menjadi pilihan yang paling diminati di hampir seluruh Nusantara. Oleh sebab itu pantaslah rasanya jika acara panjat pinang tersebut dilihat sebagai sebuah warisan kebiasaan hiburan rakyat dari sebuah waktu di masa lampau.

              Dalam konteks sejarah, ada banyak versi yang mengkisahkan tentang asal-usul acara panjat pinang dalam masyarakat di Indonesia yang telah menjadi lomba khas 17 Agustus-an. Sebuah perlombaan yang memperebutkan sejumlah hadiah di ujung sebatang pohon pinang yang dilumuri pelumas, yang tetap masih populer hingga sekarang. Salah satu diantaranya mengisahkan bahwa panjat pinang telah dikenal bangsa kita melalui salah satu tradisi dari panjat pinang yang populer di Fujian, Guangdong dan Taiwan yang berkaitan dengan perayaan festival hantu. Perayaan ini tercatat pertama kali pada masa dinasti Ming yang disebut sebagai "qiang-gu". Namun pada masa dinasti Qing, permainan panjat pinang ini pernah dilarang karena sering timbul korban jiwa. Sewaktu Taiwan berada di bawah pendudukan Jepang, panjat pinang mulai dipraktekkan lagi di beberapa tempat di Taiwan berkaitan dengan perayaan festival hantu. [1]

            Di negeri kita diperkirakan permainan panjat pinang berasal dari kebudayaan Festival Hantu, dari masyarakat keturunan Cina di daerah Bogor, sekitar abad ke 5. Mulanya festival hantu biasa dilakukan hanya di sekitaran kelenteng saja yang di depan kelenteng biasanya dipasang pohon pinang yang di ujungnya ditancapkan bendera. Batang pohon pinang dilumuri minyak pelicin. Perbedaannya adalah para peserta hanya diminta untuk mengambil bendera berwarna merah, bukan mengambil hadiah dari puncak pohon pinang tersebut.

            Dalam sumber yang lain dikisahkan bahwa permainan panjat pinang ini dilanjutkan (dikembangkan) oleh kolonial Belanda di negeri kita sejak kira-kira tahun 1930-an. Dikatakan, bahwa permainan ini digelar oleh orang-orang Belanda pada saat mereka sedang melangsungkan acara-acara tertentu seperti acara pernikahan mereka, ulang tahun, dan lain sebagainya. Peserta panjat pinang hanya akan diperuntukkan atau dilakukan oleh masyarakat pribumi, sementara mereka para Londo bertindak sebagai penonton yang siap untuk menertawakan para pribumi yang saling menginjak menaiki pohon pinang tersebut. Hadiah yang digantungkan di pucuk pohon pinang biasanya adalah berupa bahan-bahan makanan seperti gula, keju, atau pakaian, yang merupakan bahan-bahan yang sangat sulit didapatkan untuk bangsa kita alias barang mewah. Permainan ini digelar sebagai tontonan atau hiburan para masyarakat Belanda. Kelicinan dan kesulitan untuk mencapai puncak, jatuhnya peserta yang mencoba mencapai puncak menjadi hiburan tersendiri bagi mereka.

            Terlepas dari sejarahnya yang demikian itu, perlombaan panjat pinang, dalam era sekarang ini, memang tidak lagi merupakan perlombaan yang hanya mengandalkan individu yang saling berebut untuk mendapatkan hadiah diujung batang pinang, namun lebih tampak sebagai team work, yaitu kerja tim yang saling bergantian dan saling menyongkong dalam satu kelompok agar bisa mencapai dan mendapatkan hadiahnya. Sehingga dalam batas-batas tertentu permainan ini kemudian menjadi sebuah permainan yang dipandang wajar, yaitu ketika ada pihak yang menjadi penonton dan ada pihak yang menjadi pemain dan ketika ke-dua pihak ini tidak lagi berada dalam posisi "si tuan penjajah" dan "mereka yang dijajah".[2] Namun yang terpenting adalah apakah perlombaan panjat pinang tersebut masih perlu dipertahankan sebagai bentuk perlombaan yang mendidik, dalam rangka menghayati makna nilai perjuangan atas kemerdekaan bangsa kita.

            Jika kembali ke zaman penjajahan, maka fenomena saling injak dan saling sikut diantara sesama bangsa kita untuk mendapatkan keberuntungan, memang menjadi tontonan yang biasa bagi mereka. Perilaku semena-mena dan bahagia melihat orang lain menderita seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian mereka yang bernama Londo. Para peserta dari pribumi kita saat itu, tanpa rasa iba menginjak tubuh dan bahkan kepala sesamanya untuk mendapatkan hadiah. Jika mereka gagal untuk sampai ke puncak dan jatuh, maka para penonton (Londo) bertepuk tangan dengan riang gembira, seakan-akan penderitaan para peserta lomba merupakan kebahagiaan bagi para penontonnya.

            Asep Kambali, seorang sejarawan dari Komunitas Historia Indonesia telah berkali-kali meminta agar semua pihak dapat memaklumi tentang seremoni panjat pinang dalam perayaan HUT RI yang dianggapnya kurang mendidik dan tidak terkait dengan makna simbolis moment kemerdekaan (www.bbc.com, 11/8/2015), disamping justru mempertontonkan kebodohan masalalu kita dalam pentas hegomony kolonial yang menganggap bangsa kita sebagai tontonan pembuktian kelas sosial.

Jikapun tujuannya hanya sekedar untuk mendapatkan sebuah tontonan rakyat yang murah meriah (seru dan lucu) dalam efent perayaan 17 Agustusan, bukankan lebih baik menggantinya dengan berbagai tontonan murah lain yang lebih mendidik, lebih bermakna, dan lebih berkreatif menuju efent yang lebih besar dan luas, misalnya lomba baca puisi perjuangan, lomba teaterikal, dan lain-lain. Itulah sebabnya mengapa Darma (seorang sejawan)  juga bertanya, “apasih bangganya menang lomba panjat pinang di tingkat kelurahan ?”.

            Pada akhirnya tentu kita tidak ingin menolak secara drastis perlombaan panjat pinang dalam moment perayaan 17 Agustusan, karena bagaimanapun lomba panjat pinang memang cukup menarik perhatian masyarakat. Namun dilain pihak semestinyalah masyarakat juga lebih diarahkan pada lahirnya daya kreativitas yang lebih menanamkan nilai-nilai kepahlawanan dan cinta tanah air dalam kegiatan perayaan 17 Agustusan di masa depan. [3]

 

Continue reading

Selasa, 04 Agustus 2015

Buku Langka



Buku Tua Abad Ke-19  di perpustakaan Harvard

(Sampul dari kulit manusia)

 

Beberapa waktu yang lalu, pernah beredar kabar kalau Harvard University memiliki koleksi buku-buku tua yang bersampul kulit manusia. Rumor ini sempat mengundang kehebohan dari para pengguna internet. Baru-baru ini para ahli di harvard Univesity telah mengonfirmasi kebenaran kabar ini. Salah satu buku tua dari abad 19 yang menjadi bagian dari koleksi di perpustakaan universitas terkemuka dunia itu memang terbungkus sampul yang dibuat dari kulit manusia asli.
Setelah melalui serangkaian pengujian di laboratorium, terbukti kalau sampul buku berjudul Des destinees de l'ame karya penulis Prancis Arsene Houssaye tersebut 99,9 persen asli kulit manusia. Menurut keterangan perwakilan perpustakaan Harvard University seperti dilansir CNN, buku tersebut merupakan hadiah Houssaye kepada Dr. Ludovic Bouland, salah satu sahabatnya yang berprofesi sebagai dokter pada tahun 1880-an. Houssaye mendeskripsikan buku tersebut sebagai 'meditasi tentang jiwa dan hidup setelah kematian.
Bouland kemudian melapisi buku tersebut dengan sampul yang terbuat dari kulit jenazah seorang pasien gangguan mental yang meninggal karena stroke. Identitas si empunya kulit tak diketahui hingga sekarang sebab ketika meninggal dunia tak ada anggota keluarga atau kerabat yang mengklaim jenazah wanita tersebut. Di buku itu sendiri Bouland meninggalkan catatan yang mengukuhkan kisah seram mengenai buku itu. "Sebuah buku tentang jiwa manusia layak mendapatkan sampul dari manusia," tulisnya.
Buku milik Bouland ini ternyata bukan yang pertama dan satu-satunya yang dihiasi kulit manusia. Menyampuli buku dengan kulit manusia ternyata praktik yang sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Sejak abad 16 pengakuan bersalah para kriminal biasa dijilid menjadi buku dengan sampul yang terbuat dari kulit mereka sendiri setelah eksekusi. Kadang anggota keluarga seseorang yang sudah meninggal sengaja memesan buku dengan sampul yang terbuat dari kulit mendiang sebagai kenang-kenangan.
Saat ini buku Des destinees de l'ame milik Bouland tersebut merupakan satu-satunya koleksi buku milik harvard yang bersampul kulit manusia. Tetapi besar kemungkinan bahwa masih ada sejumlah buku serupa di seluruh dunia, yang mungkin saja anda adalah salah satu kolektornya.


Dikutip dari : http://www.merdeka.com


Continue reading

Minggu, 26 Juli 2015

Pengantar Sej. Kebudayaan Islam

Memahami Dasar-dasar Sejarah Kebudayaan Islam

Memahami Dasar-dasar Sejarah Kebudayaan Islam

(Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam)

 

A. Pengertian Sejarah :

  • Kata sejarah yang kita kenal dalam bahasa Indonesia kita sehari-hari ternyata bearasal dari kata dalam bahasa Arab, yakni “syajarah”. Kata tersebut secara harfiah berarti “riwayat” atau “kisah”, meskipun dalam tradisi bahasa Arab sendiri, kata sejarah yang kita kenal sering disebut dengan istilah “tarikh”, yang mengandung arti ketentuan masa atau waktu. Sebagaimana kata “syajarah” yang berari pohon, maka ia mengandung makna segala sesuatu yang berkaitan dengan pohon, sejak dari proses tumbuh hingga kepada segala sesuatu yang dihasilkannya, atau dengan kata lain catatan yang lengkap mengenai sesuatu (kejadian). Itulah sebabnya mengapa sebagian orang juga berpendapat bahwa kata sejarah dalam bahasa kita, sepadan dengan kata syajarah yang berarti pohon (kehidupan), dan kata sejarah diartikan sebagai kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi (fakta) di masa lampau.

B. Pengertian Kebudayaan :

  • Sedangkan kata “kebudayaan” dalam bahasa kita ternyata juga berasal dari kata dalam bahasa Sansakerta yaitu “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi dan daya yang mendapat imbuhan awalan dan akhiran  “ke” dan “an” (kebudayaan). Budi mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma, sedangkan “daya” berarti hasil karya cipta manusia, atau segala upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan sessuatu agar menjadi lebih baik dan memberikan manfaat bagi hidup dan kehidupan.
  • Dengan demikian, kebudayaan tentulah akan bersangkut paut dengan semua hasil karya, karsa dan cipta manusia didalam masyarakat. Namunpun demikian, istilah "kebudayaan" terkadang dikaitkan juga dengan istilah "peradaban", perbedaannya adalah bahwa kebudayaan lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni, sastra, religi dan moral, sedangkan peradaban lebih menekankan (diwujudkan) dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi.
  • Jika secara bahasa (“Aslama-Yuslimu-Islaman”), Islam berarti selamat, penyerahan, kepatuhan, atau ketundukan, atau yang menurut istilah berati agama yang di turunkan oleh Allah SWT untuk membimbing umat manusia menuju kebahagian di dunia dan akhirat,  dan apabila kedua kata tersebut (Sejarah dan Kebudayaan) diatas dikaitkan dengan Islam, maka Sejarah Kebudayaan Islam setidaknya dapat berarti sebagai “kajian (studi) tentang segala sesuatu yang di hasilkan oleh umat Islam untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia, melalui hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada nilai-nilai ajaran Islam”.

 

 

Kesimpulan :

Sejarah Kebudayaan Islam adalah suatu kajian (Studi) tentang kejadian atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber dan nilai-nilai Islam.

Continue reading

Rabu, 01 Juli 2015

Kepercayaan Perekat Hubungan

"Perekat yang menyatukan suatu
hubungan, termasuk hubungan antara
pemimpin dan yang dipimpin adalah
kepercayaan, dan kepercayaan itu
dibangun atas dasar integritas." -
Brian Tracy



Dear Sahabat yang amanah,


Kepercayaan adalah fondasi dari semua hubungan.

Hubungan kerja, bisnis, kepemimpinan dan tentu saja cinta dibangun atas dasar kepercayaan. Tanpa itu, sebuah hubungan tak akan berjalan, sebuah organisasi pun akan kacau.

Bayangkan jika Anda berada dalam sebuah lingkungan, hubungan atau organisasi tanpa kepercayaan, para pekerjanya saling curiga satu sama lain dan para atasannya berusaha mempertahankan posisinya masing-masing dengan segala cara. Organisasi seperti itu sangat rapuh dan tinggal menunggu waktu untuk hancur.

Sahabatku, sebagai seorang pemimpin, Anda harus menginvestasikan banyak waktu untuk membangun kepercayaan dari bawahan atau pengikut Anda.  Kepercayaan itu sebenarnya dibangun atas fondasi sederhana. Jalanilah kehidupan dengan penuh integritas dan hormati orang lain. Konsistensi dalam kata dan perbuatan. Melakukan dan menepati apa yang Anda katakan pada orang lain.

Sebelum Anda mengharapkan orang lain percaya pada Anda, sebagai pemimpin Anda harus percaya dahulu pada orang lain. Delegasikan kewenangan Anda pada mereka. Mereka pun akan merasa dipercaya atas kemampuan mereka.

Butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya butuh waktu beberapa detik untuk menghancurkannya. Belajarlah mempercayai, belajarlah untuk jadi orang yang dipercaya.

Salam hangat selalu dari sahabatmu, Ahira

Continue reading

Temuan Jejak Candi Kuno Aceh Utara






       Supriadi Ibrahim warga Dusun Cot Calang Gampong Riseh Tunong Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara, menemukan susunan batu berupa Candi dengan ketinggian lima meter di wilayah hulu sungai Jeurengeh, Cot Calang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara. Penemuan baru yang diduga candi peninggalan pada masa peradaban sebelum Islam ditemukan di wilayah hulu sungai Jeurengeh, Dusun Cot Calang Gampong Riseh Tunong Kecamatan Sawang Aceh Utara. Tumpukan berupa susunan batu dengan ketinggian 5 meter, lebar 1 meter tertumpuk sejajar dan rapi dengan ukuran tebal 50 cm dan panjang 70 cm perbatu, dan panjang sekitar 430 meter. Supriadi Ibrahim menemukan-nya ketika sedang mencari rumput untuk ternaknya. Kemudian Supriadi memberitahukan kepada warga, kepala dusun dan Geuchik atas temuan tumpukan batu yang diduga jejak candi peninggalan zaman peradaban sebelum Islam. Candi tersebut seperti biasanya dibuat khusus oleh penganutnya yang diduga sebagai tempat  beribadah dan tempat penyembahan sesajen, untuk memphon keberkahan sesuai kepercayaan mereka.
     Supriadi bersama warga sudah meneliti tumpukan batu tersebut, tetapi sejauh pencariannya tidak menemukan pintu masuk kedalam candi tersebut. Bisa jadi karena keberadaan candi tersebut yang telah berumur berabat-abat sehingga pintu masuk kedalam candi sudah tertutup rapat. Pada saat terjadinya gempa bumi 26 Desember 2004 didaerah ini pernah terjadi lonsor besar yang mengakibatkan pengesaran gunong kecil yang berada dikawasan Krueng Jeureugeh. Kepala Dusun Cot Calang Gampong Riseh Tunong, Abdul Manaf berharap candi yang ditemukan oleh warganya agar bisa dilestarikan dan dijaga sebaik mungkin. Akan tetapi semua itu tergantung kepada pihak pemerintahan yang akan melakukan apa terhadap penemuan baru tersebut. “Semoga penemuan candi tersebut bisa diketahui oleh seluruh masyarakat Aceh, rakyat Indonesia dan masyarakat internasional bahwa di Kabupaten Aceh Utara masih tersimpan pradaban kuno yang punya nilai sejarah,”harap Abdul Manaf. 
          Untuk bisa tiba kelokasi penemuan batu bersusun rapi yang disebut-sebut sebagai candi peninggalan itu harus berjalan menempuh areal gunung Lhee Sagoe dengan menempuh perjalanan kurang lebih 6 jam, yakni tiga jam dengan mengendarai sepeda motor kemudian harus berjalan kaki 3 jam, karena mendaki gunung-gunung kecil dan tidak bisa sepeda motor. 



    Sementara itu, Keuchik Gampong Riseh Tunong, Buchari Budiman saat ditemuai himasaacut.blogspot.com menyebutkan bahwa gampong Riseh Tunong terdiri dari lima dusun meliputi; Dusun Blang Ranto, Dusun Cot Calang, Dusun Padang Sakti, Dusun Lhok Baro dan Dusun Lambayong. Batas wilayah Gampong Riseh Tunong, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah, Sebelah Timur dengan Gampong Alue Ie Mudek, Sebelah Barat dengan Duson Alue Anoe Gampong Gunci, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan gampong Riseh Teugoh. Sedangkan Pusat administrasi Pemerintahan gampong Riseh Tunong berada di Dusun Lambayong, yang merupakan gampong dasar. Gampong Riseh Tunong dipimpin pertama kali oleh Alm. Keuchik Muhammad Hasan (Abu Keuchiek Hasan), Alm. Keuchik Muhammad (Keuchik Ahmad), Alm. Keuchik Abdullah Matsyah, (Keuchik Lah) dan Alm. Tgk. Keuchik A. Rahman Syah (Kechik Do). Abu Keuchik Muhammad Hasan adalah keturunan dari Tgk. Guha Gunong. Sedangkan Tgk. Guha Gunong adalah keturunan dari Tgk. Cot Pakeh (kuburannya berada di dekat sugai Ara Liupeh, Peusangan). Menurut cerita kuburan Tgk. Cot Pakeh adalah kuburan keramat. Sementara Tgk. Cot Pakeh memiliki saudara dengan Tgk. Guha Di Samuti, Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen. 
         Keuchik Riseh Tunong, Buchari Budiman menyebutkan untuk menuju candi yang berada di gunung Lhee Sagoe harus menempuh waktu perjalanan 6 jam sampai 8 jam. Perjalanan ke tempat candi bisa ditemput dari berbagai arah, bisa lewat Dusun Blang Ranto, Dusun Lhok Baro dan yang paling mudah dilewati melalui Dusun Cot Calang. Mayoritas Masyarakat Gampong Riseh Tunong yang berdekatan Gampong Gunci Kecamatan Sawang Aceh Utara adalah petani dengan mata pecaharian utama pada pinang, coklat (kakao), kemiri dan sawah. Kalau tanaman buah-buahan adalah durian yang sering dikenal dengan sebutan “boh drien.

Pemerintah Berusaha Menggali
         Terkait penemuan sebuah bangunan yang menyerupai persis batu candi di kawasan hutan Dusun Cot Calang Gampong Riseh Kecamatan Sawang, Aceh Utara, menurut Kabid Kebudayaan dan Pariwisata Dishubbudpar Aceh Utara, Ir. Nurliana NA, candi kuno tersebut bukti sejarah Pra Islam yang pernah masuk ke Aceh khususnya Aceh Utara. "Itu berdasarkan penelitian tim ekspedisi pariwisata dan kebudayaan Aceh Utara. Namun itu masih sebatas perkiraan kita saja, dan belum dapat dipastikan," katanya, Kamis (14/03/2013). Konon, pada masa Pra Islam saat itu, candi tersebut kerap dijadikan sebagai tempat pesugihan. "Dugaan kita bahwa batu-batu yang tersusun secara rapi itu pernah dijadikan tempat pesugihan. Tapi kita coba meneliti lebih detail lagi bersama tim ekspedisi," katanya lagi. Pihaknya juga akan koordinasi dengan pihak Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh untuk menggali situs sejarah itu. Jika terbukti, maka lokasi yang terdapat bebatuan candi kuno itu akan segera direnovasi. "Kita sedang koordinasi dengan BPCB untuk menggali penemuan langka ini. Jika terbukti maka kita renovasi," tutup Nurliana kepada The Globe Journal.

Sekilas tentang Gampong Riseh.
          Dulu Riseh dikenal dengan sebutan “TRI BUKIT” yang artinya tiga Riseh yaitu Riseh Baroh, Riseh Teugoh dan Riseh Tunong. Adapun Mesjd pertama di Gampong Riseh (Tri Bukit) berada di Gampong Riseh Teugoh, yang disebut dengan Mesjid Mukim. Sementara lapangan bola kaki, juga diberi nama dengan sebutan lapangan TRI BUKIT, terletak di antara gampong Riseh Teugoh dan Gampong Riseh Baro.Menurut riwayat pula, ada beberapa kuburan syuhada para pejuang Aceh zaman dulu. Misalnya di Gampong Riseh Tunong ada kuburan Tgk. Lambayong. Menurut cerita, letak kuburan Tgk. Lambayong berada di pinggiran sugai.
         Tgk. Lambayong menurut riwayat, semasa hidupnya beliau merupakan sosok yang alim dan pemberani dalam melawan penjajahan kafir Belanda dan Jepang. Sementara di Gampong Riseh Baro menurut keterangan salah seorang tokoh masyarakat Mahfuddin (Bang Fuddin) juga ada kuburan Tgk. Lam Kubu, letak kuburanya di belakang Mesjid Gampong Riseh Baroh. Menurut cerita masyarakat dari mulut kemulut, pedang yang dimiliki oleh Tgk Ahmad Dewi berasal dari Tgk. Lam Kubu. Menurut cerita pula, Tgk. Muhammad Daud Beureueh pada zaman penjajahan Jepang dan Belanda pernah singgah dan menginap di Gampong Riseh Tunong dusu Lambayong. Kehadiranya dalam rangka meminta bantuan kepada pejuang Aceh yang ada di gampong Riseh (Pang Riseh) untuk membantu perjuangan Aceh. (fz)



Written By Fazir Himasa on Kamis, 14 Maret 2013 | 22.04







Continue reading