Tampilkan postingan dengan label Sejarah Afrika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Afrika. Tampilkan semua postingan

Kamis, 09 April 2015

Sekilas Tentang Kolonialisme Potugis di Afrika


         Peristiwa penjelajahan yang disusul dengan penjajahan bangsa-bangsa Barat di Afrika, tampaknya telah mulai digagas oleh  Spanyol dan Portugis, pada kira-kira abad ke 15, sekaligus merupakan dua bangsa Eropa yang dapat dipandang sebagai dedengkotnya (pionir eksplorasi) kolonialisme Barat di Afrika. Adapun faktor-faktor pendorong bangsa-bangsa Barat untuk melakukan eksplorasi di Afrika pada awalnya adalah faktor sumber daya alam dan sumber daya manusia, faktor ekonomi, dan faktor istimewa adalah ingin memperluas wilayah jajahan (perhatikan pula semboyan  3 G, yaitu Glory, Gold, dan Gospel). Namun yang terpenting sebenarnya dalam semboyan ini, adalah urusan Glory yang berarti kejayaan, dan yang telah menyebabkan banyak negara-negara Eropa kemudian saling berlomba-lomba untuk mencari tanah jajahan di berbagai wilayah lain seperti di Asia, Amerika, dan tak terkecuali di Benua Afrika.  Tak terkecuali adalah sumber daya manusianya, karena dengan adanya pemanfaatan dari sumber daya manusia ini, jelas sangat membantu negara-negara barat dalam bidang industri terutama dalam hal produksi. Tenaga manusia (budak) dari negara jajahan yang sangat murah, tentu dapat menekan pengeluaran dari proses produksi industri itu sendiri.
Dimulai oleh kedatangan Portugis dengan merebut Pulau Ceuta (yaitu Tanjung Bojador, Tanjung Verde, Tanjung Palmas, dan pantai-pantai di Afrika Barat) pada tahun 1415, maka dimulailah sebuah lembaran baru penaklukkan dan penjajahan bangsa Barat di Afika, yang sekaligus meresmikan pengaruh Portugis yang semakin besar di Afrika manakala Bartholomeus Diaz telah sampai di Tanjung harapan pada tahun 1488. Satu hal yang penting bahwa pendudukan Portugis atas Ceuta pada tahun 1415, awalnya bertujuan untuk melemahkan kekuasaan Islam di Afrika. Namun kemudian keptusan ini mulai berubah manakala timbul perhitungan-perhitungan atas Afrika Barat yang ternyata adalah penghasil barang-barang seperti emas, gading, dan lain-lain yang sejak tahun 1441 dijual di pasar Brugge.
Kemudian pelayaran orang-orang Eropa dilanjutkan oleh Vasco da Gama yang melewati Tanjung Harapan hingga mencapai India pada tahun 1498. Diantara wilayah-wilayah koloni Portugis terpenting saat itu antara lain ialah Angola dan Mozambique, disamping beberapa yang lainnya yang terletak di sebelah barat, seperti Guinea dan pulau-pulau Cape Verde, Sao Tome dan Principe. Diantara catatan penaklukkan Portugis yang penting adalah penaklukan terhadap Angola pada tahun 1482, menyusul kemudian Mozambique sejak tahun 1505. Jika diperhatikan lebih dalam, maka luas Angola sendiri adalah 500.000 mil persegi, sedangkan luas Mozambique mencapai 300.000 mil persegi. Jika keduanya di gabungkan dan kemudian di tambah dengan Guinea, maka luasnya adalah sama dengan luas Eropa Barat.
Memperkuat kedudukan kolonialismenya di Afrika, Portugis kemudian mendirikan benteng-benteng di sepanjang pantai Afrika, benteng tersebut didirikan terutama untuk kepentingan melindungi rute perdagangannya, selain adalah untuk membuktikan kekuasaan  Portugis atas Afrika. Salah satu benteng paling terkenalnya adalah yang dibangunnya di Pantai Barat Afrika dan disebut Benteng Elmina (Elmina Castle dibangun pada tahun 1482).
Dapat diketahui bahwa pada waktu itu tidak hanya Portugis yang mengetahui kekayaan Alam benua Afrika, akan tetapi rival mereka Spanyol juga mengetahui hal tersebut, namun mereka (Spanyol) akhirnya terganjal oleh apa yang dinamakan dengan Perjanjian Tordesillas (6 Juni 1494), yang pada intinya berisi pernyataan dimana “Spanyol tidak diperkenankan menanamkan pengaruhnya di Afrika.” Perjanjian Tordesillas ini memang telah ditengahi oleh Paus Alexander VI (kelahiran Spanyol) atas aduan Christopher Columbus pada tahun 1493, untuk mencegah terjadinya konflik antara kedua negara Eropa tersebut, paus memiliki kekuasaan atas kedua negara ini yang juga merupakan penganut agama Katolik yang taat, sehingga kebijakan Paus dipandang sebagai keputusan yang mutlak (meskipun sebenarnya Spanyol sangat dirugikan dengan perjanjian ini).
Perjanjian Tordesillas atau “The Treaty of Tordesillas” atau yang semula disebut juga “Keputusan Kepausan” (Papal Bull), ini disisi lain juga berarti terbelahnya dunia luar Eropa menjadi dua, yakni bagian Barat untuk Spanyol dan bagian Timur untuk Potugis. Dengan kata lain menurut keputusan ini, garis khayal utara-selatan dari demarkasi 100 liga (1 liga = 3 mil) di sebelah barat  Kepulauan Cape Verde mulai ditetapkan. Tanah non-Kristen di sebelah Barat garis ini berada di bawah kepemilikan Spanyol dan tanah di sebelah Timur dimiliki Portugis.
Salah satu dampak dari perjanjian tersebut secara otomatis adalah bahwa seluruh Afrika dan hampir seluruh Asia telah berada di bawah kekuasaan Portugis, meskipun Spanyol juga kemudian telah merubah pendapatnya dengan mendapatkan seluruh kekuasaannya di Benua Amerika. Dampak lain adalah bahwa hampir selama 275 tahun kemudian, pada kenyataannya Portugis telah menjadi penguasa rute perdagangan di benua Afrika, sampai kira-kira awal abad ke 17 dimana situasi ini selanjutnya mulai berubah, terutama yang disebabkan oleh kedatangan bangsa-bangsa Eropa lainnya yang juga mulai mengincar Afrika. Dengan kedatangan bangsa-bangsa eropa yang lain ke benua Afrika, maka tentu disusul oleh kompetisi dan persaingan diantara sesama bangsa-bangsa Barat di Afrika. Dalam konteks ini, dapat dilihat bahwa bangsa-bangsa Eropa tersebut kemudian mulai membuat batas-batas daerah kolonial mereka masing-masing di benua tersebut, meskipun hal ini akhirnya dapat diselesaikan dengan adanya konferensi (kongres) Berlin, yang membagi wilyah-wilayah di Benua Afrika kepada negara-negara di benua Eropa.
Seperti telah disinggung diatas, bahwa Portugis merupakan salah satu negara printis eksplorasi dan penjajahan di benua Afrika, dan dengan demikian Portugis dapat dianggap sebagai satu-satunya negara Eropa yang paling lama dalam soal menjelajah dan membentuk kolonialisme di Afrika. Koloni-koloni Portugis yang terpenting diantaranya adalah Angola, Mozambique, dan di sebelah barat ialah Guinea, dan kepulauan-kepulaun kecil seperti cape Verde, Sao Tome dan Principe. Selama lebih dari lima abad setelahnya Portugis berhasil menanamkan pengaruh-pengaruhnya di daerah koloninya di Afrika, pada saat negara-negara Eropa yang lain justru sedang bertimbang untuk memilki wilayah koloni di Afrika.
Dalam melakukan kolonialisme di Afrika, Portugis tampak menggunakan system politik kolonial yang didasarkan pada persamaan ras dengan perbedaan kultur (disebut Politik Paternal), terutama dibidang pendidikan, dan didalam prakteknya Portugis memang termasuk bangsa penjajah yang paling meminimalkan politik rasial. Oleh sebab itu perkawinan antara hitam dan putih dikoloni Portugis tampak merupakan hal yang biasa. Akan tetapi politik kolonial yang tidak mengenal diskriminasi ras tersebut hanyalah sutu refleksi saja dari sistem yang berlaku di Portugis. Dibawah pemerintahan diktator Dr. Salazer, pemerintah bersifat otokratis dengan sentralisasi ketat, yang tidak memungkinkan adanya pemikiran-pemikiran demokratis untuk tanah jajahan. Oleh sebab itu walaupun telah di umumkan dengan resmi bahwa koloni-koloni di jadikan provinsi-provinsi diseberang lautan atau provinsi-provinsi Afrika, dan mempunyai hak yang sama dengan hak-hak yang dimiliki oleh provinsi metropolitan, namun karena sifat pemerintahan Salazar yang otokratis, maka pelaksanaan peraturan tersebut diatas mengalami kegagalan. Keadaan provinsi diseberang lautan dalam kenyataannya sama dengan koloni-koloni dimasa sebelumnya bahkan nyaris tidak mengalami perubahan.
Dengan dijalankan politik paternal, Potugis berharap dapat membentuk golongan elite dikalangan penduduk pribumi, dan untuk itu pula pemerintah melaksanakan apa yang dinamakan “segreation” atau pemisahan di bidang sosial. Dasarnya memang bukan warna kulit, tetapi kultur, namun dalam kenyataanya diidalam masyrakat jajahan, hanya orang-orang Portugis dan asimilados sajalah yang mempunyai hak sebagai warganegara. Syarat-syarat untuk diterima sebagai asimilados-asimilados itupun pada akhirnya adalah sangat menyulikan, dimana penduduk pribumi itu harus terpelajar dan harus lulus dalam pengujian mengenai kultur Poertegis; disamping harus pula beragama Katholik Roma dan memilik standar hidup yang lebih tinggi dari pada penduduk yang masih hidup dalam kesukuan.
Hal ini pada akhirnya akan membuktikan bahwa penduduk koloni dalam jumlah besar tentu tidak juga mempunyai hak kewarganegaraan, mereka dipaksa dengan kasar dan keras untuk bekerja kepada pemerintah dan kolonis-kolonis kulit putih. Kerja paksa untuk pemerintah misalnya pembuatan jalan-jalan, jembatan-jembatan dan bagunan-bagunan bahkan pengusaha-pengusaha perkebunan. Bahkan pemerintah mengeluarkan pula peraturan yang dimana setiap orang harus memilik surat keterangan yang menyatakan bahwa ia petani perseorangan; mereka yang tidak mempunyai surat tersebut harus mencari pekerjaan.
(dari berbagai sumber)

Continue reading

Rabu, 01 April 2015

Dampak Revolusi Industri Inggris


Sdri. Lusi Andriani

            Seperti yang telah pernah kita diskusikan sebelumnya, bahwa Revolusi Industri (Istilah revolusi industri sendiri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis Auguste Blanqui pada petengahan abad 19)   untuk mengolah barang bahan mentah menjadi barang yang siap untuk dikonsumsi.. Dengan kata lain bahwa revolusi industri berniat untuk mengurangi bahkan mengganti  tenaga kerja kasar (manusia atau hewan) dengan tenaga tehnik atau mesin berbasis manufaktur, jadi intinya adalah perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.


yang semula muncul di Inggris, Britania Raya, pada kira-kira akhir abad ke 18, atau antara periode 1750-1850 (hampir tidak diketahui dengan pasti, kapan tepatnya revolusi industri ini dimulai), pada dasarnya adalah sebuah perubahan dalam bidang ekonomi dari sebuah sistem ekonomi agraris ke ekonomi tehnikal yang menggunakan mesin. Perubahan yang sangat cepat ini telah terjadi diberbagai bidang seperti bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi
            Ada banyak hal (faktor) yang telah mendorong atau melatar-belakangi terjadinya revolusi industri di Inggris, misalnya faktor politik, keadaan sumber daya alam, dan juga tentang tumbuhnya lembaga riset seperti Royal Society of England. Namun memang yang tidak kalah pentingnya dari revolusi industri itu sendiri adalah dampak ditimbulkannya, yang tentu saja dapat dilihat secara positif maupun negatif. Misalnya secara positif adalah munculnya industri itu sendiri secara besar-besaran. Terjadinya peningkatan kualitas hidup masyarakat yang dalam batas-batas tertentu telah menjadikan hidup menjadi lebih dinamis. Manusia kemudian dapat berkreasi untuk melahirkan berbagai produk untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang lebih mudah dan dalam waktu yang lebih singkat. Harga barang menjadi lebih murah karena diproduksi dengan menggunakan mesin. Meningkatnya urbanisasi dan berkembangnya kapitalisme modern, dan lain-lain.
            Namun disisi lain, revolusi itu sendiri juga berdampak secara negatif, misalnya munculnya kecemburuan sosila antara kaum proletar dengan kaum borjois terutama karena alasan perbedaan keuntungan, meningkatnya angka kriminalitas, meningkatnya persaingan antara negara-negara kuat, kolonialisme, globalisasi, dan lain-lain.

Continue reading

Minggu, 29 Maret 2015

Tentang Perjanjian Tordesillas


Sdri, Nurlaila
Perjanjian Tordesilllas atau yang dalam Bahasa Portugis disebut “Tratado de Tordesilhas”, dan dalam Bahasa Spanyol disebut “Tratado de Tordesillas”, sebenarnya adalah suatu perjanjian yang pernah ditandatangani antara dua kekuatan Eropa kala itu yakni Portugis dan Spanyol, yang ditengahi oleh Paus Alexander VI (dari Spanyol). Perjanjian itu sendiri telah ditandatangani di Tordesillas (sekarang di provinsi Valladolid, Spanyol) pada 7 Juni 1494. Perjanjian ini sendiri dilatarbelakangi oleh munculnya persaingan antara Portugis dan Spanyol dalam memperebutkan wilayah penjelajahan dan perdagangan dan sama-sama ingin menguasai dunia, yang bermula pada tahun 1452. Atau dengan kata lain ialah adanya pertentangan antara Portugis dan Spanyol mengenai penguasaan wilayah di “Dunia Baru”.
Pada intinya perjanjian Tordesillas adalah perjanjian yang membagian arah pelayaran dan penjejajahan antara Spanyol dan Portugis, dimana Spanyol diputuskan memiliki hak perdagangan dan pelayaran ke arah barat, sedang Portugis harus melakukan pelayaran dan penjelajahan ke arah timur. yang dalam arti yang lain “membagi dua belahan bumi di luar Eropa”, sebelah timur dimiliki oleh Portugis dan sebelah barat oleh Spanyol. Berdasarkan keputusan Perjanjian Tordesillas ini (atau yang disebut “Keputusan Kepausan” atau Papal Bull), maka garis khayal utara-selatan dari demarkasi 100 liga (1 liga = 3 mil) di sebelah barat Kepulauan Tanjung Verde mulai ditetapkan. Tanah non-Kristen di sebelah barat garis ini berada di bawah kepemilikan Spanyol dan tanah di sebelah timur dimiliki Portugis. Keptusan ini kemudian diratifikasi dimana garis demarkasi selanjutnya digeser ke arah barat sejauh 370 liga dari Kepulauan Tanjung Verde. Hal ini mengakibatkan Portugis mendapatkan kontrol dari sebagian tanah di Amerika Selatan termasuk Brasil dan juga seluruh Samudera Hindia. Itulah sebabnya mengapa kemudian Portugis dapat juga menguasai negara-negara seperti Macau dan India di Asia. Spanyol juga diperbolehkan memiliki sebagian besar tanah di Dunia Baru.
Pada tahun 1506, Paus Julius II secara resmi mengakui perjanjian tersebut, meskiupun awalnya Spanyol pernah menyesalkan penerimaan mereka terhadap perjanjian ini karena tidak mendapatkan manfaat menguntungkan dari tanah yang mereka temukan. Namun pandangan ini kemudian segera berubah setelah Spanyol ternyata juga menemukan kekayaan yang melimpah di Meksiko.


 


Continue reading

Revolusi Industri di Inggris

  Sdr. Nur Wijayanto, Revolusi Industri yang terjadi di Inggris pada kira-kira pertengahan abad ke 18, adalah sebuah revolusi perubahan dalam tata cara pembuatan barang-barang yang semula dikerjakan dengan tangan (tenaga manusia) kemudian berkembang menjadi pekerjaan mesin, sehingga barang-barang dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat. Revolusi ini diawali oleh revolusi agraria dengan terjadinya perubahan penggunaan tanah, yang semula hanya untuk pertanian kemudian menjadi usaha pertanian, perkebunan, dan peternakan yang terpadu. Revolusi Agraria inipun telah mengubah cara mengerjakan tanah yang semula tradisional menjadi mekanisasi. Revolusi Industri di Inggris ini antara lain telah terjadi karena sebab-sebab dimana Inggris ternyata memiliki cukup bahan dasar untuk kebutuhan industrinya, seperti wol, batu bara, dan kapas yang umumnya diperoleh dari tanah jajahan. Bangsa Inggris kala itu juga rajin mengadakan penyelidikan terhadap berbagai perkembangan ilmu, sehingga banyak penemuan baru yang menarik perhatian mereka. Hal ini disisi lain ternyata juga didukung dengan didirikannya lembaga ilmiah seperti Royal Society for Improving Natural Knowledge pada tahun 1662. Adanya kemajuan yang pesat dalam pelayaran yang membawa kemajuan dibidang perdagangan, memiliki cukup modal untuk memajukan industrinya, dan Inggris juga memiliki kongsi dagang yang kuat seperti halnya EIC yang merupakan alat kemajuan bagi perdagangan negara.
   Satuhal yang penting bahwa, revolusi industri ini juga telah mengakibatkan dampak yang besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di Inggris, Eropa, bahkan kawasan tanah jajahan ketika itu termasuk negara-negara di Asia dan Afrika, baik dalam aspek sosial, politik, maupun ekonomi. Jika sejak awal Inggris dikuasai oleh sistem kepemilikan tanah yang berpusat di tangan raja, keluarganya dan para bangsawan, maka Revolusi Industri  dan sistem perbankan Inggris, kemudian telah mengubahnya menjadi perputaran investasi ke sektor yang lebih menguntungkan, yakni kepemilikan pabrik dan mesin. Latar belakang para investor inipun kemudian menjadi tidak hanya kaum aristokrat, melainkan sudah merambah kepada golongan pedagang. 
    Demikian pula bahwa Revolusi Industri ini berdampak dibidang politik, misalnya dengan munculnya kaum borjuis sebagai penguasa industri. Tumbuhnya demokrasi dan nasionalisme, bahkan imperialisme modern (dimana imperialisme telah dibangun dibawah pondasi yang berlandaskan kekuatan ekonomi, mencari tanah jajahan, penguasaan kepemilikan bahan mentah, serta upaya mendapatkan pasar bagi pelemparan hasil-hasil industrinya, yang pada gilirannya telah mengubah dan mempengaruhi berbagai kebijakan, dan partai liberal menjadi sangat berpengaruh. Dibidang sosial dan umumnya di Eropa, dapat terlihat bahwa pusat pekerjaan kemudian telah berpindah ke kota, maka urbanisasi besar-besaran adalah gejala yang tak terelakkan.



Continue reading

Sabtu, 28 Maret 2015

Mumi dalam masyarakat Mesir Kuno

Sdr. Nurleli,


Yang penting diketahui bahwa sebuah mayat (jasat atau tubuh) manusia atau hewan yang ter atau diawetkan, lazimnya disebut “mumi” (biasanya mayat raja-raja atau orang-orang penting). Mumi dapat saja terjadi karena proses perlindungan dari dekomposisi tertentu, baik yang disengaja (buatan), maupun oleh faktor yang alami, sehingga bentuk awalnya tetap terjaga. Dengan kata lain mumi dapat terjadi karena menaruh tubuh (mayat) tersebut di tempat yang sangat kering atau sangat dingin, dengan ketiadaan oksigen, atau dengan penggunaan bahan kimiawi. Mumi yang paling terkenal adalah mumi yang dibalsam dengan tujuan pengawetan tertentu, terutama dalam kasus peradaban Mesir kuno.Tujuan pembuatan mumi (mengawetkan jenazah) dalam peradaban Mesir Kuno, adalah untuk menjaga agar arwah raja atau orang-orang penting dapat menjadi tenang jika tubuhnya masih tetap awet, atau kepercayaan bahwa bahwa jiwa orang yang telah mati suatu hari akan kembali pada jasadnya. Itulah sebabnya mengapa dalam banyak mumi juga disertai dengan pemberian atas perhiasan berupa emas dan yang lain lain.
Hal tersebut juga memperkuat indikasi bahwa orang Mesir kuno juga percaya pada kehidupan setelah mati, dan tubuh yang diawetkan berguna agar jiwa dapat mengenalinya dan tahu kubur mana yang harus dimasuki. Konon, dari sinilah kata"mummi" itu berasal, yang berarti tubuh yang diawetkan.
Sampai sejauh ini, memang sudah banyak ditemukan mumi di Mesir (meskipun tidak dapat kita katakan bahwa mumi hanya milik peradaban Mesir Kuno). Arkeolog Perancis pada 26 April 2004 telah menemukan lebih dari 54  sosok mumi di Mesir dan peti mayat berbahan dasar kayu dan kapur, terutama di kawasan Sakalla kurang lebih 20 km di selatan Kairo, dan uniknya adalah hampir semua mumi yang ditemukan itu kondisinya justru dalam keadaan “baik” 
(lihat juga : http://dunia.news.viva.co.id/news/read/153002-57_makam_kuno_mesir_ditemukan)





Sebuah mumi dari kuburan di Mesir yang diduga telah berumur 2.600 tahun 
(AP Photo/Supreme Council of Antiquities)



Continue reading

Tentang Konferensi Asia Afrika



Sdr(i) Fadilla

Kerjasama antar negara biasanya dipahami sebagai terjalinnya hubungan antara satu negara dengan negara lainnya, melalui kesepakatan-kesepakatan untuk mencapai tujuan. Oleh karenanya kerjasama antar negara bisa saja terjadi dalam hal kerjasama ekonomi, kerjasama politik, atau kerjasama dalam hal-hal yang lain. Yang tidak kalah pentingnya bagi kita sebenarnya adalah “apa yang menyebabkan terjadinya kerjasama antar negara”, misalnya kerja sama antar negara yang disebabkan oleh alasan kesamaan (kesamaan sumber daya alam, kondisi geografis, ideologi, dan Agama), atau bahkan oleh adanya perbedaan antar negara (perbedaan sumber daya alam, iklim dan kesuburan tanah, perbedaan ilmu pengetahuan dan tehnologi, dan perbedaan ideologi).
Dalam konteks ini, sebenarnya secara historis, hubungan Indonesia dengan negara-negara Afrika sudah terjalin jauh sebelum pelaksanaan Konferensi Asia Afrika I (KAA) di Bandung pada tahun 1955 (dan mengalami perkembangan yang pesat mulai dekade 90-an, saat tumbangnya apartheid di Afrika Selatan), dimana Indonesia dan Afrika sama-sama sebagai bangsa yang pernah mengalami penjajahan.
Jika KAA I tahun 1955 bersifat politis untuk mendukung perjuangan kemerdekaan negara-negara Afrika, maka pada KKA II ditahun 2005, justru menghasilkan NAASP (New Asia Africa Strategic Partnership) berupa dialog strategis antar kawasan, solidaritas politik, kerjasama ekonomi dan hubungan sosial budaya. Dalam hal ini Indonesia dipandang perlu memberikan perhatian yang lebih dan menerjemahkan momentum kawasan sub-Sahara Afrika sebagai wilayah yang potensial secara politik dan ekonomi, serta perlu secara bersama-sama mengembangkan diplomasi bilateral dengan negara-negara di kawasan Sub-Sahara Afrika dan diplomasi regional dengan Uni Afrika.


Continue reading

Mesir Kuno dan Prasejarah Afrika

Sdr. Masturil


Adalah penting bagi kita untuk membedakan juga antara rentang waktu perdaban  Mesir Kuno dengan era masyarakat primitif di Afrika, karena keduanya tumbuh dan berkembang dalam kurun waktu yang amat berbeda (meskipun  Mesir adalah juga kawasan Afrika Utara). Peradaban Mesir Kuno, telah tumbuh karena alasan kesuburan tanah di sekitar lembah sungai Nil yang diakibatkan oleh banjir yang membawa lumpur sejak kira-kira 4000 tahun SM, dan dipersatukan oleh Menes (Firaun) menjadi sebuah Kerajaan Mesir  pada kira-kira 3400 tahun SM.
Sedangkan kebudayan primitif di Afrika, sangat berkaitan dengan persoalan prasejarahnya yang diperkirakan muncul pertamakali sejak kira-kira 200.000 tahun SM. Salah satu dari teori tentang asal-usul manusia “Out of Africa Theory” yang ditemukan oleh James Watson misalnya, menyatakan bahwa “makhluk yang disebut sebagai manusia, awalnya telah muncul dan hidup pada satu kawasan saja, yaitu di Afrika, kurang lebih dimulai pada kira-kira tahun 200.000 S.M. Baru kira-kira sejak 60 000 tahun SM manusia mulai menyebar ke seluruh wilayah Afrika, Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, hingga Australia. Dengan demikian jelas, terdapat perbedaan waktu yang terlalu jauh antara topik tentang perdaban  Mesir Kuno dan era masyarakat prasejarah di Afrika.

Continue reading

Zaman Renaissance


Sdr. Masturil Yamin
Seperti yang telah kita diskusikan, bahwa dalam kajian sejarah Eropa, kata “renaisance” merujuk kepada suatu periode sejarah yang dimulai sejak abad ke 14 atau mencapai puncaknya pada kira-kira tahun 1500, sekitar abad 15 dan 16 M. Kata “renaisance” sendiri sebenarnya berasal dari kata dalam bahasa Perancis dan terdiri dari dua kata, yakni “Re + Sance” yang semula hanya berarti "Lahir Kembali" atau "Kelahiran Kembali", kemudian bermakna “kembalinya sains atau lahirnya kembali kebudayaan klasik Yunani-Romawi dari masa kegelalapan”, atau sebuah gerakan budaya yang dimulai di Italia pada abad pertengahan akhir dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa. Masa renaisance adalah sebuah masa yang ditandai oleh munculnya kembali kehidupan yang cemerlang dalam berbagai bidang seperti seni, pemikiran, kesusastraan, dan lain-lain yang mengeluarkan Eropa dari kegelapan intelektual abad pertengahan.
Latar belakang dari Renaissance sebenarnya muncul dari akumulasi kekecewaan masyarakat Eropa yang mengalami tekanan terhadap kekebasan berfikir dan berkarya, karena kepentingan pemikiran yang dikusai oleh para pemimpin Gereja, seperti aspek sosial, budaya, politik, dan ekonomi Abad Pertengahan. Berbagai kreativitas ketika itu sangat diatur oleh gereja, termasuk mempengaruhi berbagai kebijakan negara. Semua hal yang merugikan gereja akan mendapat  balasan yang sangat kejam. Misalnya, pembunuhan terhadap Copernicus yang menggas teori tata surya yang ternyata bertolak belakang dengan pendapat gereja.
            Oleh karenanya, kata "renaissance" sering juga ditujukan kepada sebuah pembangunan kembali atau kebangkitan, yang dipandang sebagai penemuan kembali cerahnya peradaban Yunani dan Romawi (zaman klasik). Itulah sebabnya mengapa esensi renaissance sebenarnya adalah lahirnya banyak pembaharuan maupun penciptaan. Universitas tumbuh menjamur di seantro Eropa, dan penyebaran gagasan tiba-tiba muncul serempak. 

Martin Luther (lahir di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 10 November 1483 –
meninggal di Eisleben, Kekaisaran Romawi Suci, 18 Februari 1546
 pada umur 62 tahun)



Ada banyak tokoh yang penting dalam mendorong perkembangan renaissance Eropa, mulai dari tokoh Pengarang, Seniman dan arsitek, Matematikawan, Filsuf, Komposer, Ahli tari, Penjelajah dan navigator, bahkan Kartografer, dan lain-lain. Namun salah satu yang tidak kalah pentingnya adalah Martin Luther, ia sebenarnya adalah seorang pastur Jerman dan ahli teologi Kristen. Dia merupakan tokoh terkemuka bagi Reformasi.  Ajaran-ajarannya tidak hanya telah mengilhami gerakan Reformasi, namun juga memengaruhi doktrin, dan budaya Lutheran, serta tradisi Protestan. Seruan Luther kepada Gereja agar kembali kepada ajaran-ajaran Alkitab telah melahirkan tradisi  baru dalam Kristen. Gerakan pembaruannya mengakibatkan perubahan radikal di lingkungan Gereja Katolik Roma dalam bentuk  Reformasi Katolik. Sumbangan-sumbangan Luther terhadap peradaban Barat jauh melampaui kehidupan Gereja Kristen.
(dari berbagai sumber)

Lukisan "Monalisa"  dari seorang pelukis Leonardo da Vinci. Zaman Renaissance
 yang menuai kontroversi, baik karena keindahan, misteri, maupun karna
 harganya yang konon mencapai 670-750 Juta US Dollar

Continue reading

Hadiah Sungai Nil dan Peradaban Mesir Kuno


Sdri. Nurleli
Peradaban Mesir kuno (peradaban tertua di dunia, 3400 SM – 2160 SM) memang berkembang di sekitaran lembah sungai Nil (sungai terpanjang di dunia kurang lebih 6400 Km, dan bermata air di Danau Albert di wilayah Negara Uganda), bahkan seorang Herodutus pernah mengatakan bahwa Mesir adalah Negeri Hadiah dari Sungai Nil (Egypt is The Gift of The Nile). Bagi bangsa Mesir kuno, sungai Nil adalah sumber kehidupan karena pada bulan september air sungai naik dan menggenangi seluruh lembah sungai yang meninggalkan endapan lumpur subur dan sekaligus telah membedakan lembah sungai nil dengan daerah gurun tandus yang mengelilinginya. Lumpur yang subur itulah yang membuat Mesir menjadi lumbung gandum, dan papyrus yang subur yang oleh bangsa Mesir dipakai untuk keperluan pembuatan kapal serta diolah menjadi kertas. Peradaban Mesir yang tinggi berhasil dipersatukan oleh Firaun Menes, sehingga ia dilambangkan sebagai raja bermahkota kembar (Nesutbitti).
Kerajaan pertamanya terdapat di Mesir utara dengan ibu kota Memphis yang oleh Firaun Menes kemudian menaklukan daerah selatan dan memindahkan ibu kota kerajaan ke selatan dengan membangun kota Thebe. Sejak itulah raja Mesir disebut raja Mesir Utara (Mesir Hulu) dan raja Mesir Selatan (mesir hilir), serta mengenakan mahkota kembar yang melambangkan kedua kerajaan itu (Nesutbitti). Mahkota tersebut dihiasi dengan relief ular keramat, yakni lambang kehidupan dan kebijaksanaan. Dalam perkembangan sejarahnya, Raja mesir yang dikenal sebagai penakluk adalah Thutmosis III, sedangkan yang dikenal pembawa Mesir ke puncak kejayaan adalah Amenhotep III.


Diantara beberapa hasil budaya bangsa Mesir ini bahwa mereka telah mengenal ilmu astronomi, mengenal ilmu kedokteran, membangun piramida, adanya kuil Luxor dan Karnak, tugu obelisk dan patung sphinx, mumi para raja Mesir, dan lain-lain. Namun beberapa penyerangan bangsa lain seperti serangan bangsa Assiria pada tahun 672 SM, serangan dari Persia, Macedonia di bawah Iskandar Zulkarnaen, serangan Romawi di bawah Oktavianus, dan  juga terakhir dikuasai oleh Inggris, telah menjadi alasan kuat bagi keruntuhan kerajaan yang pernah berjaya ini.
(dari berbagai sumber)

Continue reading