Sdri. Nurleli
Peradaban Mesir kuno (peradaban tertua di dunia,
3400 SM – 2160 SM) memang berkembang di sekitaran lembah sungai Nil (sungai
terpanjang di dunia kurang lebih 6400 Km, dan
bermata air di Danau Albert di wilayah Negara Uganda), bahkan seorang Herodutus pernah mengatakan
bahwa Mesir adalah Negeri Hadiah dari Sungai Nil (Egypt is The Gift of The Nile). Bagi bangsa Mesir kuno, sungai Nil adalah sumber
kehidupan karena pada bulan september air sungai naik dan menggenangi seluruh
lembah sungai yang meninggalkan endapan lumpur subur dan sekaligus telah membedakan
lembah sungai nil dengan daerah gurun tandus yang mengelilinginya. Lumpur yang
subur itulah yang membuat Mesir menjadi lumbung gandum, dan papyrus yang subur
yang oleh bangsa Mesir dipakai untuk keperluan pembuatan kapal serta diolah
menjadi kertas. Peradaban Mesir yang tinggi berhasil dipersatukan oleh Firaun
Menes, sehingga ia dilambangkan sebagai raja bermahkota kembar (Nesutbitti).
Kerajaan pertamanya terdapat di Mesir utara dengan
ibu kota Memphis yang
oleh Firaun Menes kemudian menaklukan daerah selatan dan memindahkan ibu kota kerajaan ke selatan dengan membangun kota Thebe. Sejak itulah
raja Mesir disebut raja Mesir Utara (Mesir Hulu) dan raja Mesir Selatan (mesir
hilir), serta mengenakan mahkota kembar yang melambangkan kedua kerajaan itu
(Nesutbitti). Mahkota tersebut dihiasi dengan relief ular keramat, yakni
lambang kehidupan dan kebijaksanaan. Dalam perkembangan sejarahnya, Raja mesir
yang dikenal sebagai penakluk adalah Thutmosis III, sedangkan yang dikenal pembawa
Mesir ke puncak kejayaan adalah Amenhotep III.
Diantara beberapa hasil budaya bangsa Mesir ini
bahwa mereka telah mengenal ilmu astronomi, mengenal ilmu kedokteran, membangun
piramida, adanya kuil Luxor dan Karnak, tugu obelisk dan patung sphinx, mumi
para raja Mesir, dan lain-lain. Namun beberapa penyerangan bangsa lain seperti
serangan bangsa Assiria pada tahun 672 SM, serangan dari Persia, Macedonia di
bawah Iskandar Zulkarnaen, serangan Romawi di bawah Oktavianus, dan juga terakhir dikuasai oleh Inggris, telah
menjadi alasan kuat bagi keruntuhan kerajaan yang pernah berjaya ini.
(dari
berbagai sumber)
Bagusss
BalasHapus