Sabtu, 28 Maret 2015

Hadiah Sungai Nil dan Peradaban Mesir Kuno


Sdri. Nurleli
Peradaban Mesir kuno (peradaban tertua di dunia, 3400 SM – 2160 SM) memang berkembang di sekitaran lembah sungai Nil (sungai terpanjang di dunia kurang lebih 6400 Km, dan bermata air di Danau Albert di wilayah Negara Uganda), bahkan seorang Herodutus pernah mengatakan bahwa Mesir adalah Negeri Hadiah dari Sungai Nil (Egypt is The Gift of The Nile). Bagi bangsa Mesir kuno, sungai Nil adalah sumber kehidupan karena pada bulan september air sungai naik dan menggenangi seluruh lembah sungai yang meninggalkan endapan lumpur subur dan sekaligus telah membedakan lembah sungai nil dengan daerah gurun tandus yang mengelilinginya. Lumpur yang subur itulah yang membuat Mesir menjadi lumbung gandum, dan papyrus yang subur yang oleh bangsa Mesir dipakai untuk keperluan pembuatan kapal serta diolah menjadi kertas. Peradaban Mesir yang tinggi berhasil dipersatukan oleh Firaun Menes, sehingga ia dilambangkan sebagai raja bermahkota kembar (Nesutbitti).
Kerajaan pertamanya terdapat di Mesir utara dengan ibu kota Memphis yang oleh Firaun Menes kemudian menaklukan daerah selatan dan memindahkan ibu kota kerajaan ke selatan dengan membangun kota Thebe. Sejak itulah raja Mesir disebut raja Mesir Utara (Mesir Hulu) dan raja Mesir Selatan (mesir hilir), serta mengenakan mahkota kembar yang melambangkan kedua kerajaan itu (Nesutbitti). Mahkota tersebut dihiasi dengan relief ular keramat, yakni lambang kehidupan dan kebijaksanaan. Dalam perkembangan sejarahnya, Raja mesir yang dikenal sebagai penakluk adalah Thutmosis III, sedangkan yang dikenal pembawa Mesir ke puncak kejayaan adalah Amenhotep III.


Diantara beberapa hasil budaya bangsa Mesir ini bahwa mereka telah mengenal ilmu astronomi, mengenal ilmu kedokteran, membangun piramida, adanya kuil Luxor dan Karnak, tugu obelisk dan patung sphinx, mumi para raja Mesir, dan lain-lain. Namun beberapa penyerangan bangsa lain seperti serangan bangsa Assiria pada tahun 672 SM, serangan dari Persia, Macedonia di bawah Iskandar Zulkarnaen, serangan Romawi di bawah Oktavianus, dan  juga terakhir dikuasai oleh Inggris, telah menjadi alasan kuat bagi keruntuhan kerajaan yang pernah berjaya ini.
(dari berbagai sumber)
Share:

1 komentar: