Sabtu, 28 Maret 2015

Heiho dan TKR Medan Area


Sdr. TM. Yogi
Pada dasarnya pasukan (tentara) yang terdiri dari bangsa Indonesia bentukan tentara pendudukan Jepang pada masa Perang Dunia II, dapat dinamakan Heiho (Karena Heiho, artinya adalah tentara pembantu), yang dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang tanggal 2 September 1942 dan mulai merekrut anggota sejak 22 April 1943 (tujuannya adalah untuk membantu pekerjaan kasar militer pendudukan Jepang seperti membangun kubu dan parit pertahanan, menjaga tahanan, dll. Namun dalam perkembangannya Heiho ada yang dipersenjatai dan dilatih untuk diterjunkan di medan perang. Pembentukan satuan Militer seperti ini, di Jawa dikenal dengan sebutan Peta, Seinendan, atau juga Hisbullah, sedangkan di Sumatra dikenal dengan sebutan Tokubetsu, Keisatsutai, Heioho, dan juga Gyu Gun (lihat juga HJ.Benda, hal 178 — 183; Anthony Reid, hal. 116 - 119; atau Nugroho Notosusanto, hal 42—186). Menjelang akhir pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah pasukan Heiho diperkirakan mencapai 42.000 orang). Heiho kemudian dibubarkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 22 Agustus 1945 dan sebagian anggotanya dialihkan menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Sedangkan peristiwa Medan Area, berawal pada tanggal 9 November 1945, saat pasukan Sekutu dibawah Brigadir Jenderal Ted Kelly mendarat di Sumatra Utara (diikuti oleh pasukan NICA) yang ternyata dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan Republik Indonesia di Sumatra Utara. Insiden pertama terjadi tanggal 13 Oktober 1945 di Jalan Bali, Medan, yang berawal dari ulah seorang Belanda penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang menimbulkan kemarahan para pemuda kita. Insiden itu kemudian menjalar ke beberapa kota lainnya seperti Pematang Siantar dan Brastagi. Sementara itu, pada tanggal 10 Oktober 1945 terbentuk TKR Sumatra Timur yang dipimpin oleh Achmad Tahir, dengan merekrut pemuda bekas Heiho di seluruh Sumatra Timur, sehingga di samping TKR juga terdapat organisasi perjuangan lainnya, yaitu Pemuda Republik Indonesia Sumatra Timur yang kemudian menjadi Pesindo.
Dalam konteks inilah,  sangat dimungkinkan terdapat hubungan data sejarah antara pemuda-pemuda  bekas Heiho rekrutan Achmad Tahir dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Sumatera Utara pada waktu itu, atau yang dikenal dengan sebutan “Pertempuran Medan Area”. 

Share:

0 comments:

Posting Komentar