Sdr. TM. Yogi
Pada dasarnya pasukan (tentara) yang terdiri dari bangsa Indonesia bentukan
tentara pendudukan Jepang pada masa Perang Dunia II, dapat dinamakan Heiho (Karena
Heiho, artinya adalah tentara pembantu), yang dibentuk berdasarkan instruksi
Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang tanggal 2 September
1942 dan mulai merekrut anggota sejak 22 April 1943 (tujuannya adalah untuk
membantu pekerjaan kasar militer pendudukan Jepang seperti membangun kubu dan
parit pertahanan, menjaga tahanan, dll. Namun dalam perkembangannya Heiho ada
yang dipersenjatai dan dilatih untuk diterjunkan di medan perang. Pembentukan satuan Militer seperti ini, di Jawa dikenal dengan sebutan Peta, Seinendan, atau juga Hisbullah, sedangkan di Sumatra dikenal dengan sebutan Tokubetsu, Keisatsutai, Heioho, dan juga Gyu Gun (lihat juga HJ.Benda, hal 178 — 183; Anthony Reid, hal. 116 - 119; atau Nugroho Notosusanto, hal 42—186). Menjelang akhir pendudukan
Jepang di Indonesia, jumlah pasukan Heiho diperkirakan mencapai 42.000 orang). Heiho
kemudian dibubarkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada
tanggal 22 Agustus 1945 dan sebagian anggotanya dialihkan menjadi anggota Badan
Keamanan Rakyat (BKR).
Sedangkan peristiwa Medan Area, berawal pada tanggal 9 November 1945, saat
pasukan Sekutu dibawah Brigadir Jenderal Ted Kelly mendarat di Sumatra Utara (diikuti
oleh pasukan NICA) yang ternyata dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan
Republik Indonesia di Sumatra Utara. Insiden pertama terjadi tanggal 13 Oktober
1945 di Jalan Bali, Medan, yang berawal dari ulah seorang Belanda penghuni
hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih yang menimbulkan
kemarahan para pemuda kita. Insiden itu kemudian menjalar ke beberapa kota lainnya seperti
Pematang Siantar dan Brastagi. Sementara itu, pada tanggal 10 Oktober 1945
terbentuk TKR Sumatra Timur yang dipimpin oleh Achmad Tahir, dengan merekrut
pemuda bekas Heiho di seluruh Sumatra Timur, sehingga di samping TKR juga
terdapat organisasi perjuangan lainnya, yaitu Pemuda Republik Indonesia Sumatra
Timur yang kemudian menjadi Pesindo.
Dalam konteks inilah, sangat
dimungkinkan terdapat hubungan data sejarah antara pemuda-pemuda bekas Heiho rekrutan Achmad Tahir dengan
perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Sumatera Utara pada waktu itu, atau
yang dikenal dengan sebutan “Pertempuran Medan Area”.
0 comments:
Posting Komentar