Minggu, 14 Juni 2015

Konsep Sejarah Kebudayaan Indonesia


    
   Sekiranya sejarah berarti catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia (J.V Bryce), atau ilmu yang mempelajari tentang apa yang telah diperbuat manusia (Patrick Gardiner), atau salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menyelidiki secara sistematis tentang perkembangan masyarakat di masa lampau, untuk dijadikan perbendaharaan bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang atau proses ke masa depan (Roeslan Abdulgani), dan kebudayaan dapat kita definisikan sebagai sesuatu yang diteruskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang  lain sebagai super organic (Herskovits), maka sejarah kebudayaan menurut Huizinga adalah usaha mencari morfologi budaya studi tentang struktur.
    Oleh karena Kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang hidup dan dijadikan pedoman oleh masyarakat-masyarakat etnik di Indonesia, maka Sejarah kebudayaan Indonesia tentulah merupakan keseluruhan riwayat dari kehidupan masyarakat Nusantara pada masa lampau (termasuk keseluruhan tata kelakuan dan hasil kelakuan dari masa ke masa). Secara tegas R. Soekmono mengatakan bahwa “sejarah kebudayaan Indonesia adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan-kebudayaan Indonesia di waktu yang lampau dalam pertumbuhan dan perkembangannya dari masa ke masa (R. Soekmono).
      Persoalannya adalah mengapa demikian ? 
    Kebudayaan dimanapun adalah sesuatu yang berubah-ubah (dinamis) sesuai dengan perkembangannya, baik oleh sebab yang datang dari dalam maupun yang bersebab dari luar masyarakat itu sendiri. Perubahan yang bersebab dari luar bisa mengakibatkan perubahan menjadi sangat besar dan luas, bahkan dapat menimbulkan kebudayaan baru. Menurut R. Soekmono, “pengolahan anasir-anasir asing (luar) oleh kebudayaan yang terkena pengaruh itulah kemudian yang sangat menentukan bagi lahirnya corak baru itu dan perkembangan selanjutnya”. Demikianlah bahwa, kebudayaan yang ada dewasa ini termasuk kebudayaan Indonesia, pada dasarnya adalah sebuah proses dari hasil pertumbuhan dan perkembangan (kelanjutan) kebudayaannya diwaktu-waktu yang lampau. Untuk mengetahui, mengenal, dan dan menyelaminya secara benar, maka diperlukanlah upaya untuk mengkaji sejarahnya, inilah yang kemudian kita sebut dengan Sejarah Kebudayaan Indonesia.
     Jika dilihat dari bentuknya sekarang ini, maka jelas bahwa kebudayaan indonesia (sebagaimana juga kebudayaan-kebudayaan lain diseluruh dunia) adalah hasil dari proses dan perkembangannya dimasa lalu yang turut terpengaruhi oleh anasir-anasir dari luar, dan telah memberi corak serta sifatnya sendiri-sendiri. Maka berdasarkan corak-corak yang khusus itu pula, Sejarah Kebudayaan Indonesia dapat dipelajari berdasarkan pembagian-pembagian tertentu atau yang disebut dengan “perioderisasi” sejarah kebudayaan Indonesia.
     Satuhal yang mesti diingat bahwa pembabakan atau yang kita sebut dengan periodesasi dalam hal ini, bukanlah sekedar menentukan batas awal atau akhir dari sebuah zaman, atau juga soal pembagian babak, seperti babakan satu, dua atau tiga; melainkan yang terpenting adalah soal bagaimana alasan-alasan rasional mampu menjelaskan konsep pemenggalan waktu tersebut, termasuk konsep ruang (spatial) dan waktu (temporal). Artinya dapatkah perioderisasi itu menjelaskan tempat atau ruang di mana dan kapan peristiwa itu terjadi. Kalau konsep serta argumentasinya tidak jelas, maka yang akan terjadi justru kerancuan, atau bahkan kekacauan. Suatu momentum yang dapat memberikan petunjuk tentang adanya karakteristik dari suatu kurun waktu tertentu yang berbeda dengan kurun waktu lainnya, itulah yang kita dinamakan dengan periodisasi atau pembabakan sejarah.
      Demikian pula bahwa terdapat beberapa cara dalam menetapkan suatu perioderisasi, tergantung dari perspektif keilmuan mana kajian itu dikalukan. Dalam konteks sejarah kebudayaan Indonesia, R. Soekmono menerangkan bahwa,  kalau zaman prasejarah kita ambil sebagai salah satu zaman dalam pembagian perioderisasi sejarah kebudayaan Indonesia, maka Sejarah Kebudayaan Indonesia masih dapat kita lihat dalam 3 (tiga) pembagian zaman (perioderisasi) zaman lainnya, yaitu zaman purba, zaman madya, dan zaman baru (moderen). Dengan demikian perioderisasi Sejarah Kebudayaan Indonesia menurut R. Soekmono akan menjadi sebagai berikut :
1).  Zaman prasejarah, yaitu sejak permulaan adanya manusia dan kebudayaan sampai dengan kira – kira abad ke – 5 M.
2)    Zaman purba, yaitu sejak datangnya pengaruh India pada abad 1 M sampai dengan runtuhnya Kerajaan Majapahit( ± 1500 M ).
3)    Zaman madya, yaitu sejak datangnya pengaruh Islam menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit samapai dengan akhir abad 19, dan
4)    Zaman baru ( modern ), yaitu sejak abad anasir Barat ( Eropa ) dan teknik modern ( ± 1900 M sampai sekarang ).
(dari berbagai sumber)
Share: